Kamis, 11 Juli 2019

POEM - PART 2

KETIKA MUNDUR BUKAN OPSI


Sampai kapan kita bertahan dengan bait2 idealis kita?
Adakah terpikir utk menarik garis khayal lalu beranjak menuju kenyataan ?
Duri2 ekspektasi bahkan belum tercabut dari diri,
Kemana harga mati yg dlu kita deklarasikan?
Kemana mimpi yang dahulunya kita gantungkan?
Kemana benih optimisme yang kita tanam?
Mungkin hilang, tapi bisa jd bersembunyi
Dimana?
Jauh dalam sanubari atau hilang dicuri?
Aku tak tau
Tapi yang pasti
Impian itu sebenarnya tak berpendar
Hanya mungkin butuh dicabar
Butuh sabar, butuh radar
Setakat demi setakat kita pasti sampai
Cepat atau lambat kita kan berlabuh
Tugas kita hanya berjalan
Sampai kapan?
Sampai daftar mimpi kita menjadi realitas


(Puisi ini ditulis di titik putus asa antara maju memperjuangkan diri sebagai scholarship hunter dan pencari kerja freshgraduate)



MALAM MENJELANG


Setiap malam memang begini

Ratusan gerobak
Ribuan kendaraan
Jutaan orang hilir mudik
Sebagian ingin terhibur
Sebagian menjadi penghibur
Sebagian berjualan
Sebagian menjajakan jasa
Sebagian menjadi pembeli
Sebagian halal
Sebagian haram
Intinya selalu sama.
Selalu seputar 2 hal.
Berpikir bagaimana mencari pundi2 rupiah
Dan
Berpikir bagaimana cara menghabiskannya


HANYA AKU


Kamu tahu?
Hari ini bagiku rasanya berat dan melelahkan
Baru hari ini kusadar dan...
Sumpah aku takut
Karena ternyata dunia nyata begitu mengerikan
Sumpah aku gemetar
Karena utk mendapat rupiah harus dengan cara yg tak etis
Sumpah aku terhenyak
Karena harus menghadapi semuanya seorang diri
Benar2 sendiri
Kamu kemana?
Disaat begini
Bisa2nya kamu pergi
Meninggalkanku yg harus berjuang berdiri dan bertaruh mati
Kamu...
Adalah kenangan yg kini kuanggap hanya ilusi

LKI
Pekanbaru, 12 Juli 2018


KUAJARI CARA MENIKMATI

Ini tentang cara menikmati
-dijilat, digigit, diputar, dicelupin-
tak masalah

Hanya karena berbeda, 
Tak lantas membuat sengsara
Tak jua mendikriditkan selera
Tak perlu pula jemawa
Tak butuh perkara dibesarkan
Toh lagi-lagi tak membuat lebih benar

Lagi-lagi
Ini tentang cara menikmati
Asal senang, ya sudahlah
Sejatinya hidup ini muaranya pada bahagia, bukan?


Bukit Datuk, 16 Mei 2019

Lydia Kusdyanti Iasya





Tidak ada komentar:

Posting Komentar