Selasa, 07 Juni 2016

UNFORGETTABLE JOURNEY (Part 2)

Philippines
 May 18-20, 2016

Begitu membuka mata pada pukul 4 dini hari, ada bisikan (yang ntah darimana) berkata : “Are you ready today?”. Yep! I’m ready!

Sedetik kemudian.... tidur lagi....

Hoaahm.... jam 5. Bangkit, lalu melakukan aktivitas pagi. Meski belum move on betul dari mabuk darat, seluruh panca indera dipaksa untuk siaga. Poor I am. Andai lokasi tempat kaki berpijak saat ini tidak ribuan kilometer jaraknya dari rumah, mungkin saya sudah leha-leha dengan secangkir teh panas, sebungkus roti gabin, dan semangkok bubur ayam yang biasanya sudah nangkring kalo sedang sakit (red : kepala pusing + mual + badan meriang). Karena itu hanya ilusi, cepat2 saya sadar dan bersenandung, “pulangkan sajaaa aku pada ibukuu.. atau ayahkuu... “.

Ketukan si Mamat dari pintu –pertanda dimulainya petualangan hari ini atau kelanjutan perang dunia (?) - membuat saya menarik kasar koper berwarna hijau lumut (yang belakangan gagangnya patah. Bukan saya yang patahin ya, tapi salah seorang tmn saya org Filipino secara ngga sengaja).

Dijanjikan jemputan bakal datang jam 6, kami (red : saya dan si Mamat) udah kayak Siberian Husky di depan penginapan. Sembari nunggu jemputan, kami ingin membayar cost penginapan yang kamarnya cuma, sekali lagi, cuma dipakai 12 jam itu. Officernya belum datang (seketika saya mempertanyakan kredibilitas condotel ini), namun, sebagai warga negara yang baik dan punya stok sabar (walaupun tidak memadai), kami diharuskan menunggu (klo ngga mau nunggu, bakalan digebukin sama satu Filipina).

Jam 8...

Dengan muka selamba, mbak2 officernya finally datang dan bertugas. Begitu si Mamat mengulurkan uang 500 peso miliknya, ternyata uang tsb tidak berlaku lg sejak bulan September 2015. What?!

Ditipu hidup2 sama abang2 money changer (yang belakangan saya balas balik dengan tukar tu duit kesana), saya talangin dulu masalah tu duit (bayangin kalo sendiri dan ngga punya duit lg, kelar dah hidup loe jadi office boy disana).

Yak, mobil yang bisa dibilang lebih mirip mobil travel itu akhirnya datang juga. Telat bgt, tau? Alasannya, beli breakfast dulu (hanya saya dan Tuhan yang tau tentang apa yang saya dumelkan dalam hati).

Dengan konsentrasi yang higher daripada kemarin, hari ini saya bisa leluasa menatap Filipina lekat2. Sejurus kemudian, muncul naluri untuk jepret sana sini. Tak lebih dari lima belas menit, empat roda mobil tersebut membawa kami tiba di depan gedung kantor GPV Camp Philippines.

Lagi2 kami menunggu. Bedanya, kami menunggu partisipan lain di sebuah bus yg siap mengantarkan ke lokasi acara. Biar ngga terlalu lama langang2 disana, sesi perkenalan dengan seisi warga dalam bus dilakukan. Nah, disinilah kami baru tau bahwa ada 3 partisipan lain dari Indonesia (one couple dari UNSRI, one single dari ITS) dan tentunya partisipan dari 4 negara lainnya (Malaysia, Filipina, Thailand dan Cambodia). Jujur, phisically, mereka ngga ada bedanya dengan orang Indonesia. Berasa di negara sendiri untuk beberapa detik, lalu disadarkan dengan obrolan bahasa tagalog yang dilakonkan dua orang gadis diseberang bangku saya. Heol....

Setelah mengisi perut dengan breakfast (secangkir kopi dan sepaket ayam+nasi McDonald) dan mengisi form berisi data diri dan pertanyaan2 yang membuat saya berasa diinterogasi FBI (sumpah, itu pertanyaannya kayak kaset rusak : menanyakan hal yang sama dengan bahasa berbeda. Nyesek ngga tu? Pertanyaan dalam buku novel Moby Dick aja gue males jawabnya, apalagi ini?!. Thanks bgt for Rattanak, lelaki 22 tahun berkebangsaan Cambodia yang dengan telatennya menjelaskan maksud implisit bahkan absurd dari form ini), kita berangkat ke Canoe Beach Resort. Yiihaaaa...!

10 menit masih bisa bertahan. 20 menit kemudian saya sudah di alam bawah sadar. 4 jam perjalanan ke lokasi yang 80% saya isi dengan menutup mata itu jadi pilihan terbaik disaat mabuk darat kembali datang.

Disambut dengan makanan ala prasmanan, we do lunch di ruangan lantai 2 di resort tsb. Jreng..jreng...!! Alamak, baru sadar dengan kepintaran kami. Ekspektasi bahwa kami bertemu dengan makanan halal yang disediakan panitia, pupus sudah. Meski ada ayam, namun kami tak bisa yakin bahwa makanan itu halal sepenuhnya. Beruntung, belakangan, couple dari Sriwijaya itu membawa dan berbagi abon, mie instan, dan energen yang membuat kami bisa survive selama breakfast, lunch, dan dinner disana.

Resort yang letaknya jelas2 di tepi pantai (pantai yang dilarang keras untuk berenang di lautnya karena memang dangerous buat diselami) itu dikelilingi dengan deretan bukit hijau yang cakep bgt. Masya Allah.

Makan udah, lanjut ke sesi seminar dan topic discussion yang menegaskan bahwa : “We are One Family under God. Klo nolong orang itu kudu ikhlas, jgn mempersoalkan latar belakang (ras, agama, warna kulit, dll), toh kita semua sama2 ciptaan Tuhan kan? Dan lagi, kita ini bakal calon pemimpin dunia, yang bertugas menciptakan dunia yang indah, damai, tanpa ada pertikaian, perselisihan ataupun peperangan”. Disaat topic discussion juga asyik. In my opinion, mereka adalah orang2 yg open-minded dan tidak kolot dalam menyampaikan pendapat, juga memberikan kesempatan seluas2nya kpd yg lain untuk mencurahkan aspirasinya (tanpa beban, tanpa ada tekanan). Satu hal lagi yang bisa dijadikan pelajaran!

Cukup dengan ceramahnya. Menjelang malam, kami diharuskan membuat persiapan team performance. Pada waktu yang ditentukan, setelah disuguhi persembahan tari tradisional Filipina, tim saya (beranggotakan : saya sendiri, Chester, Marinel, Drex, Rattanak, dan Rachma) yang diberi nama tim BAY (Bravo and Awesome Youth) ini memutuskan untuk tampil dengan bernyanyi lagu Heal The World dengan selingan poetry, disaat yang lain kebanyakan menampilkan dance. Meski kata seseorang (yang lisannya memang pedas), suara tim kami fals, tapi yang penting dibawa happy ajaa..

Selesai perform, kami diharuskan mengisi reflection writing, sejenis parameter tentang apa saja yang kita pelajari hari ini, apa sajakah target kita yang sudah dan belum tercapai, dan apa harapan kita esok hari. Semacam diary, tapi tanpa ada embel2 kata2 galau dan baper membahana tentunya. Demi dewa, saya yg sudahlah minjam pena Chester, malas pula mengisi reflection writing itu. Intinya, saya benci dgn pertanyaan yang mengharuskan saya untuk menulisnya! Rattanak yang mendengar keluhan saya itu lagi2 membantu saya menuliskan kata2 sampah dan mengarang bebas hingga akhir pertanyaan.

Malam dengan langit yang indah, nyiur melambai-lambai, juga pasir pantai yang memanggil2 untuk dijelajahi itu memang menggoda. Daripada berenang di kolam dengan partisipan lain (nambah dosa), mending jalan2 dulu di sekitar pantai (sayang bgt klo dilewatin, beneran). Belum sempat mengutarakan niat, si Mamat datang dan berpesan kpd Rachma dgn kata2 yang kurang lebih seperti ini : “Rachma, jagain ni anak ya. Suruh dia langsung ke kamar, jgn dibolehin kemana2! ”.

Lemes dengkul dedek baaang... berasa ada emak gue yg ngikutin dan ngasih wejangan ngga mengenakkan gini. Lagi, kenapa harus berada dalam situasi ini?! (menjerit, mosi tidak percaya). Kalau nak ngikutkan kata hati, bisa aja ngga matuhin, tapi takut kualat gue sama emak. Alhasil, gue cuma main ayunan sampai jam 11 malam di depan kamar. Stupid!

..................................................................................................................................................

May 19, 2016

Disambut dengan sapaan morning! Morning! Morning! Dari setiap peserta yang papasan dengan saya, langkah kaki ini saya teruskan ke area dimana kopi berada. Diracik sebentar sama bg Huanza (anak UNSRI, pacar mbak Youwen. Couple yg kubilang tadi itu loh.), tara...kopi itu udh jadi!

Lanjut dengan bermain bakiak, juga permainan semacam karaban sapi (diganti dgn orang) berulangkali dilakukan dengan beberapa putaran hingga siang hari (hal ini menyimbolkan rasa persatuan dan harus adanya kerjasama tim yang baik untuk dapat melakukan sesuatu, sama halnya dengan bagaimana menciptakan perdamaian dunia). Kemudian makan siang dgn mie instan asli buatan bang Huanza (sang anak gunung yang dengan jeniusnya menuangkan air panas ke dalam plastik kemasan mie yang saya baru tau ternyata itu bisa dilakukan!), juga dessert (yang tanpa diminta namun dengan semangatnya saya ambil karena memang bentuknya menggoda dan rasanya memang enak, tapi berakhir dgn panasnya kuping mendengar omelan “ibu tiri”. Lagi dan lagi. Marah karena saya mengambil sesuatu yang lain dari apa yang disuruh.)

Merasa kenyang dan makin bahagia lagi (terlebih karena dikasih roti isi tuna dan minuman sejenis es tebak) pada sesi praktik pengevakuasian korban bencana alam yang diajarkan oleh EARIST (semacam tim SAR), mulai dari cara membawa korban dengan menggunakan tandu, cara mendeteksi kesadaran korban, cara melakukan CPR, cara membebat luka di kepala, telapak tangan, lengan (kecuali luka di hati, ngga ada obatnyaaa...uwoouwoo), sampai simulasi penanggulangan bencana alam itu sendiri. Lebay bgt sampai simulasinya ada nyiram2 air dan mau ngegebukin para pengevakuasi demi membuat simulasi itu makin real. Ada2 aja.

Terbujuk dengan ide evilnya mbak Youwen, tanpa sepengetahuan panitia, kami bolos dan melarikan diri ke 3 pulau di depan resort. Pemandangan bukit2nya, lautnya yang jernih, ditambah rasa excited naik kapal dengan posisi terdepaaaan (klo ibu tau, definitely ngga bakalan dibolehin sampai umur saya setengah abad). Woooow.....3 pulau dengan view yang beda2 dan tak lupa didokumentasikan (yang belakangan setelah saya liat ulang videonya, saya merasa norak seketika).

Oke, back to resort, semua orang pada nyariin! So sorry committee... (Joni habis kena’ interogasi panitia. Mampuuus...).

Disambangi walikota daerah tersebut, dinner malam itu jd sedikit lebih khidmat. Ya, beberapa seremonial yang saya tak ingat satupun kata2nya, lalu diakhiri dgn sesi foto bersama.

Dilanjutkan dengan sesi heart to heart (curhat seputar keluarga, kolega, dll biar lebih kenal satu sama lain), saya bersama Rachma berhasil melalui sesi ini dengan rahasia yang dibawa until go to the underground alias sampai mati!

Tak lama kemudian, giliran sesi adventure race yang harus kali lakukan. Dengan ditutup mata, berbagai halang rintang litang pukang di depan kami. Mau tak mau, kami harus mendengarkan apa2 instruksi dari orang yang di depan kami, istilahnya : I put my trust on you. Membangun kepercayaan akan satu sama lain, itu dia tujuan sesi ini. Berakhir di bonefire (api unggun), beberapa orang dari kami memberitahukan apa2 saja yang mereka pelajari dari camp yang diadakan ini.

Sebelum tidur, Marina (atau siapalah gitu namanya, lupa), melalui suatu aplikasi google (lagi2 saya tidak begitu ingat namanya, klo ngga salah google sky map), dengan semangat memberitahukan saya bahwa di atas kami (red : di langit), saat ini sedang terlihat dengan jelaaas bgt seluruh planet dari galaksi bima sakti, juga terlihat ada rasi bintang (yang sekali lagi maap saya lupa nama rasi nya). Seumur2, saya baru liat hal tersebut (planetnya tidak berkelap-kelip kayak bintang). Waaaaah....

Oke, Hayati lelah hari ini. Dalam 6 jam ke depan, saya tak sadarkan diri diatas kasur.

.................................................................................................................................
May 20, 2016

Sarapan dengan energen gratisan dari anak UNSRI memang jd pelepas rindu dgn negeri sendiri. Pagi itu, setelah packing barang2 dan berfoto ria bersama partisipan lain tuk mengabadikan camp di resort ini, kami menuju Desa Sitio-tio, Barangay, San Antonio, Zambales untuk melakukan service project. Acara ini dumulai dengan kata sambutan, lalu “tari persembahan” yang dipimpin oleh seorang... ehm, lady boy. Dilanjutkan dengan penyerahan alat penyerap energi cahaya kepada warga setempat.

Dengan adanya 200 anak, kami mencoba bermain dengan mereka. Di kelompok saya, anak-anak tersebut kami ajak untuk memainkan permainan konsentrasi memegang alat indera dan permainan berebut kursi setelah musik berhenti gitulah.

Acara GPV Camp Philippines ini officially diakhiri dengan pembagian sertifikat partisipan dan foto bersama. Sebelum balik ke Quezon City, kami mampir makan di Bell Foot (nama restoran, bkan kaki). Lagi2, selama penjamuan makan (surga bgt makan disini, saya sampai nambah nasi dan saosnya yang mirip sambal Bangkok, sementara makhluk di sebelah saya lagi2 tidak menghabiskan makanannya), kami kembali disambangi oleh walikota setempat (beliau ini seorang wanita, sekali lagi, wanita. Hebaat). Selama di restoran ini juga, kami surprised dengan salah satu acara televisi di Filipina yang acaranya seratus persen sama dengan di Indonesia. Tau eat bulaga kan? Nah, di Filipina juga ada acara begituan!

Kembali ke bus, dan satu persatu rombongan turun dan berpisah. Whuaa... We’ll miss u guys....

Rencana kami yang semula langsung ke bandara Ninoy Aquino, berubah total saat JV Espenido, Isabelle, Isay, Charis dan 3 orang Cambodia mengajak untuk Manila Tour esok hari sebelum kembali ke tanah air.

Sontak kami ngikut saja kemanapun derap langkah mereka pergi. Dimulai dari makan mie instan di Jollibee (fast food yang populer bgt disini) disaat yang lain melahap ayam (yang jelas2 ngga halal). Hiks. Eiits, tapi jgn salaah.., perjuangan untuk bisa makan mie instan ini hampir buat nyawa saya melayang!

Jadi begini ceritanya, demi bisa mendapatkan air panas di Seven Eleven, saya menyeberangi lautan kendaraan di jalan raya Manila dikarenakan jembatan penyeberangannya rusak. Beuuuh, itu kendaraan ngga mau berhenti saat saya sudah di tengah jalan. Saya masih mau hidup! Dengan panik, saya kembali ke tepi jalan. Fiuuuh... selamaat selamaat anakmu ini maaak.

Desperately , kembali ke Jollibee dengan muka kusut. Tidak mendapatkan air panas, itu penyebabnya. Setelah makanan yang lain ludes, JV mencoba mencarikan air panas diluar, dan ternyataaa pedagang asongan dibawah jembatan rusak tadi itu menjualnya dengan harga 3 peso. Alhamdulillah..

Nah, perut kenyang dengan tambahan nasi dari Jollibee (sementara si Mamat hanya makan mie instan dan itupun tak habis. Beuuh...), kami melanjutkan perjalanan malam itu dengan menggunakan becak (di perjalanan, saya dan Isabelle melihat supir truk yg tertidur dan jarak truk tsb hanya 1 meter dari becak yg kami tumpangi. Saya sdh zikir2 dlm hati karena sumpah itu menakutkan! Fortunately, becak dan truk mengambil jalañ yg berbeda pada menit ke 15) ke sebuah apartemen. Apa? Ngga salah lagi, apartemen!

Bisa dibayangin ngga, melewati kolam renang apartemen dan tersenyum lebar saat lihat interior apartemen yang wow (dua sofa putih gading, wifi yang kenceng bgt, TV plasma, mesin cuci, pantry yang cool, meja makan, extra bed, restroom yang ada air panasnya, ditambah lagi dengan hiasan wallpapernya di dinding), plus harganya yang Cuma 365 peso atau setara dengan Rp 90.000,- karena ditombokin dengan yang lain. FYI, hrg sewa apartemen itu 1 juta per kamar. Ckckck, Thanks all!

Tepat pukul 2 dini hari, saya baru bisa memejamkan mata. Tak sabar dengan apa yang kami jelajahi esok!


To be continued..



Sabtu, 04 Juni 2016

UNFORGETTABLE JOURNEY (Part 1)

Malaysia & Philippines
 May 16 until 21, 2016

 Sengaja meliburkan diri selama seminggu? Ide bagus!

Saya bukannya ingin mencoreng nama baik dengan menambah koleksi absen kuliah, tapi ini lebih ke "kita akan mengorbankan hal yg berharga utk dpt hal yg jauh lebih berharga lg".

 Here we go!
 Untuk dpt menghadiri acara Global Peace Volunteers Camp di Philippines (acara internasional yg memiliki kegiatan inti : topic discussion, disaster preparedness training, dan service project), kita orang berangkat ke Malaysia dulu.

 Selain karena biaya ke Philippines jd lebih murah, kita orang jd bisa menginjakkan kaki di dua negara sekaligus! Dari bandara Sultan Syarif Kasim II, kita orang diantar sama org2 tersayang, people who always support us.


Setelah check in,  kita duduk di ruang tunggu dan sempat ngobrol dgn Auntie Illy (wanita berkebangsaan Malaysia). Banyak hal yg kita (lebih byk Joni : with his Malay language) perbincangkan dgn auntie ramah yg satu ini (belakangan ngasih kita orang duit 50 ringgit, utk jajan katanya. Makanyaa kita harus ramah sama semua org, untung2 dpt duit. Eeeh.. salah fokus -_-).  Masih di dalam ruang tunggu, mak cik sahabat auntie yang duduk disebelahnya, kehilangan tas. Berderai-derailah air matanya (sorry to hear that).

Berangkat dari kota Pekanbaru pukul 11 dan tiba di KL sekitar pukul 1. Laju saja kami ke counter bus, memesan tiket ke Twin Tower. Tiba disana, yg kami lakukan ngga jauh beda dgn turis lain. Yep. Berfoto ria.


 Jalan2 udh, (berasa bgt JALAN JALAN nya, lha wong muter2 kawasan petronas dgn bawa koper dan ransel, dgn bonus diomelin "ibu tiri" karena :
  saya jalan dgn lambatnya. Padahal kan bawa brg bawaan dgn hampir 20 kg, dgn badan yg ngga lebih dari 150 cm ini mana bisa cepet atuh. Bantuin kek), foto2 jg udh, perut jg udh waktunya diisi. Karena lapar badai, kita org beli Milo dulu. Sebiji 3 ringgit. Ketemu dgn warung makan India, kita orang pesan nasgor kampung dan kwitiau. Rasanya.. ehm. Flat. Ntah lah klo  nasgornya (kata yg pesan sih enak, ehm, mgkin karena efek laper berat). Dan setelah 15 menit, ini kali pertama saya liat laki2 yg menyisakan stgh makanannya di piring. Loh, td katanya laper, kok makannya ngga dihabisin? Kata yg empunya nasi : "Udh kenyang. Td kan udh minum Milo duluan". Lah, kan saya minum Milo jg td? (Bingung. Saya shock dia makan dikit bgt, dan dia surprise karena menurutnya saya makan byk bgt).

Karena sudah ashar, kami berusaha mencari mushalla.
Bertanya kesana kemari, akhirnya sholat di mushalla Concorde Hotel (jgn tanya kenapa bisa sholat disana).
Selesai makan sih pengennya jalan2 kesana kesini. Eeh ngga dibolehin dengan ibu tiri. Udah malam katanya. Baiklaah..

 Balik lg dgn menggunakan taxi dan bus, kita org disuguhi pemandangan khas kota metropolitan, lgkap dgn lampu jalanan dan gedung2 pencakar langitnya. Perjalanan yg memakan waktu sekitar 1 jam itu saya habiskan dgn tidur dan tidur.
Hari sudah malam dan harusnya makan malam. Meskipun bukan makanan mewah, tapi mie instan yg dimakan sambil duduk diatas kursi yang nyaman bgt di sebuah minimarket itu jd pengalaman yg wah. Belum lg dgn nyangka sebuah tong sampah itu lemari. Hadeuh...


 DAY 2

 Pukul stgh 6, selesai shalat subuh, kami berencana check in secepatnya karena keberangkatan ke Manila dijadwalkan pukul 9. Belum beberapa langkah keluar dari mushalla, terdengar pengumuman, "Encik2 dan puan2, kini waktu shalat subuh tuk bandara KLIA 2 dan sekitarnya". Loh, jd?!
 Jadilah kami ulang shalat subuh pd pukul 6 waktu setempat. Lol. Jd pelajaran berharga, klo ke negara org, kudu tau pasti waktu shalatnya.

Sempat bolak-balik counter T dan V untuk check in, finally perjalanan ke Manila yang memakan waktu hampir 4 jam diatas udara sukses buat saya excited. Ditemani dgn tmn sebangku pesawat yg merupakan Filipino, kami bercerita byk hal. Mulai dri pekerjaan, keluarga, daan ngga ketinggalan jg tanya2 seputar Philippines itu sendiri. 
Sedangkan makhluk yg satu lg jd keluarga bahagia sesaat karena sebangku dgn seorang ibu muda dan anaknya yg comel bgt.

Landing pukul 1 waktu setempat, kami celingak-celinguk nyari committee yg katanya mau pick-up kita orang. Stgh jam muter2 di bandara  Ninoy Aquino dan belum menemukan apa yg dicari, kami coba meminta bantuan pd satpam disana utk menghubungi committee. Mujur, dgn bahasa tagalog yg tentunya fasih, satpam tersebut menyuruh kami menunggu jemputan di BAY 8.

 Dengan panas yg suhunya sdkt lebih tinggi dibanding Pekanbaru, menunggu 15 menit jd berasa lebih lama. Sebuah miñi van berwarna putih menjemput kami dan didalamnya sudah ada peserta camp dari negara lain. Apa yg saya tampak di jalanan ibukota Philippines ini hanyalah macet. Sisanya... saya tak tau. Mabuk darat membuat saya kehilangan selera utk mengamati apa2 yg ada di sepanjang perjalanan. 
 Diantarkan ke sebuah condotel yg harganya 500k dan makan malam dgn garlic rice ini benar2 menguras kantong. Next time harus prepare dan booking lebih awal dan lebih cermat lg!

Mumpung di Quezon City, niatnya pengen jalan2. Tapi lg2 ibu tiri melarang keras. Byk gangster, katanya. Hmm...Apa boleh buat? Malam yg harus dihabiskan di kamar, dipenuhi  dgn pertanyaan, "Ada kejutan apalagi besok?"

To be continued...



















Rabu, 01 Juni 2016

UNFORGETTABLE JOURNEY (Pra-Keberangkatan)

Malaysia & Philippines
May 16 until 21, 2016



Go abroad? I've think about it thousand times and DREAM COMES TRUE!

 Bermula dari sebuah postingan di grup yang empunya beri nama Stipend Hunters, saya jd tau klo ada program camp di Philippines yg sedang buka pendaftaran. Philippines? Jujur saya ngga tau byk tentang negara ini pd awalnya, tapi thanks to Indah Khairunnisya (salah satu makhluk Tuhan paliing baik. Gue nanya jdwal kuliah tiap hari ke dia, pinjam catatan kuliah ke dia, pinjam pena ke dia dan jarang dibalikin, pinjam buku, bahkan pinjam duit sama dia sodara sodaraaa), yg rela menyisihkan waktunya utk berbagi drama Philippines hasil donlot malam hari. Gila, itu drama kocak bgt dan saya lupa judulnya. Ya, at least bisa sdkt blend dgn bhs tagalog jd nya.
 To be honest, saya tipikal org yg suka nunda2 kerjaan (bad behaviour, but now I've try to reduce it). Alhasil, selama bbrp hari info itu nganggur gtu aja. Pd suatu malam, pas lg d warnet, saya buka tu website dgn dijejali bbrp pertanyaan dlm formulirnya yg ngga bisa saya jawab detik itu jg. So, saya bertekad bahwa bsk udh hrus bisa jawab pertanyaannya!. Ingat bgt wktu itu bln februari akhir, dan ada seminar di rektorat. Gembar-gembornya sih cerita tentang beasiswa (yg dgn semangat saya share jg). Prg ke rektorat pagi2 seusai kuliah dgn jaraknya yg lumayan jauuuh (kalo jalan kaki), dan harus menaiki sejuta anak tangga utk sampai di lokasi seminar yg notabene letaknya di lantai teratas gedung, buat kaki pegel2 dan mulut udh komat kamit sumpah serapah dgn tdk adanya lift disini.  Dgn disambut mbak2 yg ada di meja registrasi, dgn ragu (karena tdk ada tanda2 kehidupan di lantai ini) saya bertanya, "Mbak, ini acara seminar beasiswa itu ya?". Mbak nya jawab dgn ngga kalah ragu, "Hmm.. iya dek". Oke, dgn perlahan saya buka pintunya, dan tampak bbrp org yg duduk dgn posisi wuenaknya. Sebagian sibuk cerita dgn kawannya, sebagian lg sibuk dgn gadgetnya. Setelah menunggu lama, seminar pun dimulai dan kejanggalanpun mulai terasa. "Kayaknya ini seminar utk anak bahasa jepang lah lid...", celetuk tmn d sebelah saya, Joni (komting gue, ketua kelas gue, dan cinta bgt sama hal  yg berbau "melayu"). Gosh, I think so! Bagaimana tidak, seminar ini berisi materi pertukaran mahasiswa ke Jepang, dgn syarat punya JLPT 3 (semacam sertifikat mahir bahasa Jepang). Halooo, wong TOEFL ae durung ono. Ibarat sudah kepalang basah, yo wis, saya berusaha bertahan dlm ruangan yg suhunya makin dingin itu. Aha!  Teringat dgn program camp Philippines, saya buka website nya dgn hp Nurisa (wanita yg tak byk cakap tapi hobi berorganisasi dan baik hati). Terganjal di pertanyaan nomor telepon, saya tidak bisa submit form online nya. Saya ingat betul berulangkali memasukkan nomor telepon saya dengan kode negara berbeda agar dpt submit. Ntah mana nomor yg benar, akhirnya bisa submit jg. Meski camp ini berbayar, saya membatin "kalo rezeki ngga kemana". Fokus kembali kepada pemateri yg kini berganti dgn ibu kepala KUI (Kantor Urusan  internasional).  Beliau mengatakan, bahwa KUI membantu meningkatkan kemampuan bahasa asing mahasiswa dan mendukung melalui program student mobility, salah satunya dgn bantuan finansial. Bahagia dgn informasi ini, kami (red : saya dan Joni) mengunjungi KUI dan menanyakan apakah program camp Philippines ini bisa kiranya mendapat bantuan finansial, mengingat program fee nya saja mencapai 100 USD, belum lg tiket PP yg hrus dtanggung msg2 peserta. Pucuk dicinta ulampun tiba, dua org kk2 pegawai KUI mengiyakannya. Waaah...

Mengenyampingkan program camp sebentar, karena periode bulan Maret dan April memang membuat kepala berpikir keras. Ya, ajang pemilihan MAWAPRES (Mahasiswa Berprestasi) dan NUDC (National University Debating Championship) diadakan dan butuh persiapan yang matang juga "sebenarnya". Since this is my first time to join Màwapres, jd nervous bgt. Kalang kabut buat KTI dgn waktu kurang dari seminggu (thanks buat kak Laili dan bang Rangga yg mau bantuin dgn sepenuh hati), pengumpulan biodata diri, IPK, dan daftar prestasi. Sempat keder jg dgn IPK pas2an, tapi ya lagi2 membatin, "klo rezeki ngga kmana..". Terekam jelas insiden saya ngga dpt restu dri ortu utk nginap dan merampungkan KTI di kost mbak cus (KPOP Lover yg master grammar), alhasil disuruh balik jam 11 mlm dri kostnya mbak cus yg notabene masih dlm kawasan kampus UR dan jaraknya sekitar 10 km dri rumah. Can u imagine that? Orgtua lain biasanya akan membolehkan anaknya utk bermalam di rmh tmn anak mereka dgn mudahnya, tapi tidak bagi orangtua saya. Pantangan bgt nginap di rmh org. Dan saya tahu itu.

Di hari ketika ajang pemilihan Mawapres, saya bru memprint dan minta ttd dosen pembimbing (thanks Mr. Dahnil). Awalnya sdkt khawatir ngga dpt ttd nya, tapi tmn saya yg namanya Joni itu mengatakan bahwa dia minta ttd bpk itu pd hari H jg ketika ajang Mawapres thn lalu... and he's right! We got the signature. 

Dgn peserta yg jumlahnya 7 org dan saya dpt giliran terakhir dlm mempresentasikan KTI, cukup buat pacu adrenalin.

 Sebelum sore hari, para jawara Mawapres FKIP pun diumumkan.Hasilnya? Check the photo below..

Alhamdulillah..





H


Next, tgl 15 dan 16 April 2016, 16 tim yg berasal dari jurusan yg berbeda, bersaing dlm prestigious competition named NUDC, perlombaan debat bahasa Inggris dibawah naungan Kemenristek. Dalam ajang NUDC tingkat Universitas Riau ini, saya berpartner dgn Rizka (Awesome debater, punya ibu dan boyfriend yg selalu support).

Harus bersaing dan melewati babak preliminary 3 rounds, babak semi final, dan akhirnya masuk finaal. Dengan posisi Opening Opposition, we got 1st runner up!



Nah, MAWAPRES udh lewaat, NUDC jg udah. Konsen di program camp jd to do list. If I'm not mistaken, kami ada sdkit clash krna saya ingin mengurus perihal program camp dan telp beberapa kali, tapi ngga d angkat. Esoknya dia minta maaf, tapi udh keki duluan atuh. Beberapa hari setelahnya, perang dingin terjadi. But finally, everything's okay.

Sebelum menghadap KUI, kami email committee untuk invitation letter, print proposal, FC KRS dan KTM yg dmasukkan dlm map. Nah, ternyata sesampainya disana, kami diharuskan memberikan biodata diri dan surat rujukan dari fakultas, FC Paspor dan estimasi biaya (kami harus melanglang Panam dan cari tour & travel agent utk tau hrg tiket pesawat). Setelah mengalami bbrp "insiden", lgkap jg dah apa yg diminta (Thanks for Ajo yg punya tmpt ngetik dan print yg available sampe sore).

 Beberapa hari kemudian, kami diberikan uang untuk membayar program fee yg deadline nya pd tgl 5 Mei. Berhubung tgl 5 hingga hari Ahad libur dan otomatis bank akan tutup, maka tgl 4 Mei lah hari terakhir utk transfer uang tsb. Siang itu, saya ada presentasi matkul Psycholinguistics. Dengan lobi, saya bisa dapat giliran presentasi lebih awal. Disinilah saya sadar pentingnya komunikasi. Thanks Ma'am Novi.
 Pukul 14.30 WIB, setelah melewati bbrp lampu merah, tikungan, panggangan matahari, sampai jg di suatu bank. Belakangan, kami baru tau klo batas waktu pentransferan hingga pukul 2 siang.

..........speechless........
 Oke, inhale, exhale. Ngga mau nyerah gitu aja, kami coba ke bank2 lainnya dan bahkan kantor pos yang punya jasa layanan pengirimin uang. Hasilnya nihil. Jujur I'm panic mode on. Tapi anehnya he's not as panic as me. Saya bisa bayangin kalo sendiri dlm situasi ini, mungkin ngga bisa lg berpikir jernih dan lgsung cabut ke rumah lalu nangis sejadi2nya. But realitanya adalah seseorang mengatakan, "Ayo kita email panitianya. Bilang kita ngga bisa ngirim hari ini". Baiklaaah...
 Kondisi hp saya yang kuotanya habis dan tab miliknya yg layarnya pecah, mengharuskan kami ke tempat yg bisa meng-email panitia. Tempat itu bernama warnet. Sbg seorang anak yang sudah 16 tahun berdomisili di kota ini, maka saya larikan diri ke warnet terdekat yang saya tau. Itu sudah warnet terdekat loh, knapa ada yg masih ngeluh klo itu jauh?! Dasar mager!
 Oke, setelah menceritakan nasib kami kpd panitia, langkah ini semakin berat saja rasanya. Bukan apa2. Halloo..., harus balik lg ke kampus yg nun jauh disana? C'mon, ini sore hari bung. Itu sama saja artinya dengan kau harus menenggelamkan diri dengan kemacetan dan sengatan matahari yg bukan main rasanya.
Tapi demi impian dan cita2 serta menggapai asa, jalan teruuus. I do realize that mungkin ini belum ada apa2nya untuk rintangan org2 sukses terdahulu. Azeek..

Sesampainya di perpus, tempat wifi bertepak, kami dpt balasan email yg menyatakan bahwa kami diberi dispensasi utk mengirimkan program fee pd hari Senin. Fiuuuh...

 Senin = Saya yg transfer uang itu dan sepagi mungkin sudah bertengger di depan bank. Kenapa saya? Karena makhluk yg satu lagi sedang pembekalan KUKERTA. Disini saya sadar betapa pentingnya teamwork.

Di suatu bank, menurut saya..
 birokrasinya ribet, jd saya putuskan untuk transfer dari bank lain saja. Setelah tiba di hadapan teller, saya ternyata diharuskan untuk ke CS dan mendaftarkan KTP  dulu. Balik lg ke teller, dan saya yakin setengah jam lah waktu yg dibutuhkan teller tsb untuk transfer uang itu. Sip, one problem solved.

 4 hari sebelum keberangkatan..

"Ke KUI lah yok.. tanya ke kk tu lg"
 Dengan  rasa segan (terbukti dengan saling tunjuk siapa yg harus masuk ruangan duluan), kami disarankan untuk booking tiket dahulu. Tanpa mikir panjang, saya lgsung bm tmn SMP yg sekarang bekerja di suatu travel agent, memberitahukan kebutuhan tiket PP Malaysia dan Philippines. Dia bersedia membantu dgn senang hati. Oke one more problem solved.
 Hari Sabtu dan Minggu, kami menukarkan mata uang rupiah ke ringgit dan piso, juga pastinya melakukan packing. Minta do'a kepada ortu, famili, dan sahabatpun juga tak lupa.

Aaa.. besok ke LN. ke LN.

To be continued...