KETIKA MUNDUR BUKAN OPSI
Sampai kapan kita bertahan dengan
bait2 idealis kita?
Adakah terpikir utk menarik garis
khayal lalu beranjak menuju kenyataan ?
Duri2 ekspektasi bahkan belum
tercabut dari diri,
Kemana harga mati yg dlu kita
deklarasikan?
Kemana mimpi yang dahulunya kita
gantungkan?
Kemana benih optimisme yang kita
tanam?
Mungkin hilang, tapi bisa jd
bersembunyi
Dimana?
Jauh dalam sanubari atau hilang
dicuri?
Aku tak tau
Tapi yang pasti
Impian itu sebenarnya tak berpendar
Hanya mungkin butuh dicabar
Butuh sabar, butuh radar
Setakat demi setakat kita pasti
sampai
Cepat atau lambat kita kan berlabuh
Tugas kita hanya berjalan
Sampai kapan?
Sampai daftar mimpi kita menjadi
realitas
(Puisi ini ditulis di titik putus asa antara maju memperjuangkan diri sebagai scholarship hunter dan pencari kerja freshgraduate)
MALAM MENJELANG
Setiap malam memang begini
Ratusan gerobak
Ribuan kendaraan
Jutaan orang hilir mudik
Sebagian ingin terhibur
Sebagian menjadi penghibur
Sebagian berjualan
Sebagian menjajakan jasa
Sebagian menjadi pembeli
Sebagian halal
Sebagian haram
Intinya selalu sama.
Selalu seputar 2 hal.
Berpikir bagaimana mencari pundi2 rupiah
Dan
Berpikir bagaimana cara menghabiskannya
HANYA AKU
Kamu tahu?
Hari ini bagiku rasanya berat dan
melelahkan
Baru hari ini kusadar dan...
Sumpah aku takut
Karena ternyata dunia nyata begitu
mengerikan
Sumpah aku gemetar
Karena utk mendapat rupiah harus dengan
cara yg tak etis
Sumpah aku terhenyak
Karena harus menghadapi semuanya seorang
diri
Benar2 sendiri
Kamu kemana?
Disaat begini
Bisa2nya kamu pergi
Meninggalkanku yg harus berjuang berdiri
dan bertaruh mati
Kamu...
Adalah kenangan yg kini kuanggap hanya
ilusi
LKI
Pekanbaru, 12 Juli 2018
KUAJARI CARA MENIKMATI
Ini tentang cara menikmati
-dijilat, digigit, diputar, dicelupin-
tak masalah
Hanya karena berbeda,
Tak lantas membuat sengsara
Tak jua mendikriditkan selera
Tak perlu pula jemawa
Tak butuh perkara dibesarkan
Toh lagi-lagi tak membuat lebih benar
Lagi-lagi
Ini tentang cara menikmati
Asal senang, ya sudahlah
Sejatinya hidup ini muaranya pada bahagia, bukan?
Bukit Datuk, 16 Mei 2019
Lydia Kusdyanti Iasya
Tidak ada komentar:
Posting Komentar