May 16 until 21, 2016
Go abroad? I've think about it thousand times and DREAM COMES TRUE!
Bermula dari sebuah postingan di grup yang empunya beri nama Stipend Hunters, saya jd tau klo ada program camp di Philippines yg sedang buka pendaftaran. Philippines? Jujur saya ngga tau byk tentang negara ini pd awalnya, tapi thanks to Indah Khairunnisya (salah satu makhluk Tuhan paliing baik. Gue nanya jdwal kuliah tiap hari ke dia, pinjam catatan kuliah ke dia, pinjam pena ke dia dan jarang dibalikin, pinjam buku, bahkan pinjam duit sama dia sodara sodaraaa), yg rela menyisihkan waktunya utk berbagi drama Philippines hasil donlot malam hari. Gila, itu drama kocak bgt dan saya lupa judulnya. Ya, at least bisa sdkt blend dgn bhs tagalog jd nya.
To be honest, saya tipikal org yg suka nunda2 kerjaan (bad behaviour, but now I've try to reduce it). Alhasil, selama bbrp hari info itu nganggur gtu aja. Pd suatu malam, pas lg d warnet, saya buka tu website dgn dijejali bbrp pertanyaan dlm formulirnya yg ngga bisa saya jawab detik itu jg. So, saya bertekad bahwa bsk udh hrus bisa jawab pertanyaannya!. Ingat bgt wktu itu bln februari akhir, dan ada seminar di rektorat. Gembar-gembornya sih cerita tentang beasiswa (yg dgn semangat saya share jg). Prg ke rektorat pagi2 seusai kuliah dgn jaraknya yg lumayan jauuuh (kalo jalan kaki), dan harus menaiki sejuta anak tangga utk sampai di lokasi seminar yg notabene letaknya di lantai teratas gedung, buat kaki pegel2 dan mulut udh komat kamit sumpah serapah dgn tdk adanya lift disini. Dgn disambut mbak2 yg ada di meja registrasi, dgn ragu (karena tdk ada tanda2 kehidupan di lantai ini) saya bertanya, "Mbak, ini acara seminar beasiswa itu ya?". Mbak nya jawab dgn ngga kalah ragu, "Hmm.. iya dek". Oke, dgn perlahan saya buka pintunya, dan tampak bbrp org yg duduk dgn posisi wuenaknya. Sebagian sibuk cerita dgn kawannya, sebagian lg sibuk dgn gadgetnya. Setelah menunggu lama, seminar pun dimulai dan kejanggalanpun mulai terasa. "Kayaknya ini seminar utk anak bahasa jepang lah lid...", celetuk tmn d sebelah saya, Joni (komting gue, ketua kelas gue, dan cinta bgt sama hal yg berbau "melayu"). Gosh, I think so! Bagaimana tidak, seminar ini berisi materi pertukaran mahasiswa ke Jepang, dgn syarat punya JLPT 3 (semacam sertifikat mahir bahasa Jepang). Halooo, wong TOEFL ae durung ono. Ibarat sudah kepalang basah, yo wis, saya berusaha bertahan dlm ruangan yg suhunya makin dingin itu. Aha! Teringat dgn program camp Philippines, saya buka website nya dgn hp Nurisa (wanita yg tak byk cakap tapi hobi berorganisasi dan baik hati). Terganjal di pertanyaan nomor telepon, saya tidak bisa submit form online nya. Saya ingat betul berulangkali memasukkan nomor telepon saya dengan kode negara berbeda agar dpt submit. Ntah mana nomor yg benar, akhirnya bisa submit jg. Meski camp ini berbayar, saya membatin "kalo rezeki ngga kemana". Fokus kembali kepada pemateri yg kini berganti dgn ibu kepala KUI (Kantor Urusan internasional). Beliau mengatakan, bahwa KUI membantu meningkatkan kemampuan bahasa asing mahasiswa dan mendukung melalui program student mobility, salah satunya dgn bantuan finansial. Bahagia dgn informasi ini, kami (red : saya dan Joni) mengunjungi KUI dan menanyakan apakah program camp Philippines ini bisa kiranya mendapat bantuan finansial, mengingat program fee nya saja mencapai 100 USD, belum lg tiket PP yg hrus dtanggung msg2 peserta. Pucuk dicinta ulampun tiba, dua org kk2 pegawai KUI mengiyakannya. Waaah...
Mengenyampingkan program camp sebentar, karena periode bulan Maret dan April memang membuat kepala berpikir keras. Ya, ajang pemilihan MAWAPRES (Mahasiswa Berprestasi) dan NUDC (National University Debating Championship) diadakan dan butuh persiapan yang matang juga "sebenarnya". Since this is my first time to join MÃ wapres, jd nervous bgt. Kalang kabut buat KTI dgn waktu kurang dari seminggu (thanks buat kak Laili dan bang Rangga yg mau bantuin dgn sepenuh hati), pengumpulan biodata diri, IPK, dan daftar prestasi. Sempat keder jg dgn IPK pas2an, tapi ya lagi2 membatin, "klo rezeki ngga kmana..". Terekam jelas insiden saya ngga dpt restu dri ortu utk nginap dan merampungkan KTI di kost mbak cus (KPOP Lover yg master grammar), alhasil disuruh balik jam 11 mlm dri kostnya mbak cus yg notabene masih dlm kawasan kampus UR dan jaraknya sekitar 10 km dri rumah. Can u imagine that? Orgtua lain biasanya akan membolehkan anaknya utk bermalam di rmh tmn anak mereka dgn mudahnya, tapi tidak bagi orangtua saya. Pantangan bgt nginap di rmh org. Dan saya tahu itu.
Di hari ketika ajang pemilihan Mawapres, saya bru memprint dan minta ttd dosen pembimbing (thanks Mr. Dahnil). Awalnya sdkt khawatir ngga dpt ttd nya, tapi tmn saya yg namanya Joni itu mengatakan bahwa dia minta ttd bpk itu pd hari H jg ketika ajang Mawapres thn lalu... and he's right! We got the signature.
Dgn peserta yg jumlahnya 7 org dan saya dpt giliran terakhir dlm mempresentasikan KTI, cukup buat pacu adrenalin.
Sebelum sore hari, para jawara Mawapres FKIP pun diumumkan.Hasilnya? Check the photo below..
Alhamdulillah..
H
Next, tgl 15 dan 16 April 2016, 16 tim yg berasal dari jurusan yg berbeda, bersaing dlm prestigious competition named NUDC, perlombaan debat bahasa Inggris dibawah naungan Kemenristek. Dalam ajang NUDC tingkat Universitas Riau ini, saya berpartner dgn Rizka (Awesome debater, punya ibu dan boyfriend yg selalu support).
Harus bersaing dan melewati babak preliminary 3 rounds, babak semi final, dan akhirnya masuk finaal. Dengan posisi Opening Opposition, we got 1st runner up!
Nah, MAWAPRES udh lewaat, NUDC jg udah. Konsen di program camp jd to do list. If I'm not mistaken, kami ada sdkit clash krna saya ingin mengurus perihal program camp dan telp beberapa kali, tapi ngga d angkat. Esoknya dia minta maaf, tapi udh keki duluan atuh. Beberapa hari setelahnya, perang dingin terjadi. But finally, everything's okay.
Sebelum menghadap KUI, kami email committee untuk invitation letter, print proposal, FC KRS dan KTM yg dmasukkan dlm map. Nah, ternyata sesampainya disana, kami diharuskan memberikan biodata diri dan surat rujukan dari fakultas, FC Paspor dan estimasi biaya (kami harus melanglang Panam dan cari tour & travel agent utk tau hrg tiket pesawat). Setelah mengalami bbrp "insiden", lgkap jg dah apa yg diminta (Thanks for Ajo yg punya tmpt ngetik dan print yg available sampe sore).
Beberapa hari kemudian, kami diberikan uang untuk membayar program fee yg deadline nya pd tgl 5 Mei. Berhubung tgl 5 hingga hari Ahad libur dan otomatis bank akan tutup, maka tgl 4 Mei lah hari terakhir utk transfer uang tsb. Siang itu, saya ada presentasi matkul Psycholinguistics. Dengan lobi, saya bisa dapat giliran presentasi lebih awal. Disinilah saya sadar pentingnya komunikasi. Thanks Ma'am Novi.
Pukul 14.30 WIB, setelah melewati bbrp lampu merah, tikungan, panggangan matahari, sampai jg di suatu bank. Belakangan, kami baru tau klo batas waktu pentransferan hingga pukul 2 siang.
..........speechless........
Oke, inhale, exhale. Ngga mau nyerah gitu aja, kami coba ke bank2 lainnya dan bahkan kantor pos yang punya jasa layanan pengirimin uang. Hasilnya nihil. Jujur I'm panic mode on. Tapi anehnya he's not as panic as me. Saya bisa bayangin kalo sendiri dlm situasi ini, mungkin ngga bisa lg berpikir jernih dan lgsung cabut ke rumah lalu nangis sejadi2nya. But realitanya adalah seseorang mengatakan, "Ayo kita email panitianya. Bilang kita ngga bisa ngirim hari ini". Baiklaaah...
Kondisi hp saya yang kuotanya habis dan tab miliknya yg layarnya pecah, mengharuskan kami ke tempat yg bisa meng-email panitia. Tempat itu bernama warnet. Sbg seorang anak yang sudah 16 tahun berdomisili di kota ini, maka saya larikan diri ke warnet terdekat yang saya tau. Itu sudah warnet terdekat loh, knapa ada yg masih ngeluh klo itu jauh?! Dasar mager!
Oke, setelah menceritakan nasib kami kpd panitia, langkah ini semakin berat saja rasanya. Bukan apa2. Halloo..., harus balik lg ke kampus yg nun jauh disana? C'mon, ini sore hari bung. Itu sama saja artinya dengan kau harus menenggelamkan diri dengan kemacetan dan sengatan matahari yg bukan main rasanya.
Tapi demi impian dan cita2 serta menggapai asa, jalan teruuus. I do realize that mungkin ini belum ada apa2nya untuk rintangan org2 sukses terdahulu. Azeek..
Sesampainya di perpus, tempat wifi bertepak, kami dpt balasan email yg menyatakan bahwa kami diberi dispensasi utk mengirimkan program fee pd hari Senin. Fiuuuh...
Senin = Saya yg transfer uang itu dan sepagi mungkin sudah bertengger di depan bank. Kenapa saya? Karena makhluk yg satu lagi sedang pembekalan KUKERTA. Disini saya sadar betapa pentingnya teamwork.
Di suatu bank, menurut saya..
birokrasinya ribet, jd saya putuskan untuk transfer dari bank lain saja. Setelah tiba di hadapan teller, saya ternyata diharuskan untuk ke CS dan mendaftarkan KTP dulu. Balik lg ke teller, dan saya yakin setengah jam lah waktu yg dibutuhkan teller tsb untuk transfer uang itu. Sip, one problem solved.
4 hari sebelum keberangkatan..
"Ke KUI lah yok.. tanya ke kk tu lg"
Dengan rasa segan (terbukti dengan saling tunjuk siapa yg harus masuk ruangan duluan), kami disarankan untuk booking tiket dahulu. Tanpa mikir panjang, saya lgsung bm tmn SMP yg sekarang bekerja di suatu travel agent, memberitahukan kebutuhan tiket PP Malaysia dan Philippines. Dia bersedia membantu dgn senang hati. Oke one more problem solved.
Hari Sabtu dan Minggu, kami menukarkan mata uang rupiah ke ringgit dan piso, juga pastinya melakukan packing. Minta do'a kepada ortu, famili, dan sahabatpun juga tak lupa.
Aaa.. besok ke LN. ke LN.
To be continued...